Anggota DPD RI Iqbal Parewangi (paling kiri) didampingi Koordinator Bidang Syiar, Humas, dan Dokumentasi Panitia Penerima Muktamar ke-47 Muhammadiyah dan Aisyiyah, Husni Yunus (tengah), serta panitia Yose Rizal, memberikan pendapatnya dalam dialog publik bertema: “Hubungan Muhammadiyah dan Kekuasaan”, di Kantor Harian Tribun Timur, Jalan Cenderawasih Makassar, Kamis, 30 April 2015. (Foto: Asnawin)
Iqbal Parewangi mengatakan, sepanjang sejarah berdirinya Muhammadiyah dan sejak kemerdekaan Republik Indonesia, barulah di era pemerintahan Jokowi – Jusuf Kalla, Muhammadiyah “tidak direken.”
“Kalau Muhammadiyah direken, wajah kabinet kita tentu tidak begini,” katanya.
-----------
Akademisi Unhas, Adi Suryadi Culla, mengatakan, karena Muhammadiyah sekarang “tidak direken”, lanjutnya, maka tidak ada salahnya dan "tidak berdosa" kalau Muhammadiyah mendirikan partai politik (parpol). Muktamar Muhammadiyah 2015 di Makassar, katanya, harus punya “dentuman”, antara lain dengan melahirkan Khittah Muhammadiyah Jilid II atau merekomendasikan berdirinya parpol baru yang dibidani Muhammadiyah. (Foto: Asnawin)
------------
Akademi Unismuh Makassar dan praktisi politik Mahmud Nuhung, secara tegas mengatakan, Muhammadiyah tidak perlu mendirikan parpol.
“Muhammadiyah tidak perlu mendirikan parpol, tetapi perlu mendirikan semacam lembaga pendidikan politik. Hasil dari pendidikan politik itulah yang dilempar ke masyarakat dan diserahkan kepada bangsa,” tandasnya. (Foto: Asnawin)
-------------
Sekretaris Majelis Tarjih Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selaatan, Abdillah Mustari mengatakan, Muhammadiyah seyogyanya menjadi bagian dari pertimbangan pengambilan kebijakan nasional. (Foto: Asnawin)
------------
Sejarawan Universitas Negeri Makassar, Mustari Bosra mengatakan, Muhammadiyah merupakan salah satu pelopor berdirinya Partai Masyumi dan Parmusi, serta “memberi izin” kepada Amien Rais (saat menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah) guna mendirikan parpol (PAN).
“Muhammadiyah sudah pernah mendirikan parpol, tetapi boleh dikatakan dalam tanda petik bahwa Muhammadiyah belum pernah berhasil (merebut kekuasaan, red),” paparnya. (Foto: Asnawin)
--------
Komentar
Posting Komentar