FOTO BERSAMA. Pemateri, panitia, dan sebagian peserta Workshop Penulisan Sejarah dan Profil Muhammadiyah se-Sulsel, foto bersama seusai penutupan, di Kampus Universitas Muhammadiyah Parepare (Umpar), Ahad, 16 November 2014. Workshop yang berlangsung dua hari tersebut diikuti puluhan peserta utusan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se-Sulsel. (Dok. Pribadi)
-----------------
Catatan dari Workshop Penulisan Sejarah dan Profil Muhammadiyah se-Sulsel (3-habis):
Penulisan Sejarah Muhammadiyah Lewat Penelitian Dokumen
Oleh: Asnawin Aminuddin
(Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel. - NBM: 857299)
---------
Ilmu sejarah sesungguhnya tidak mempelajari masa lampau, tetapi ilmu sejarah mempelajari sumber sejarah atau peninggalan dari masa lampau, seperti dokumen-dokumen, arsip, dan kesaksian lisan.
Untuk merekonstruksi sejarah perkembangan organisasi Muhammadiyah dalam suatu bentuk karya sejarah ilmiah yang objektif dan terverifikasi, dibutuhkan sejumlah sumber data dari masa lalu.
Data-data dari masa lalu itu dapat diperoleh terutama melalui penelitian dokumen, berupa arsip atau berita sezaman (koran atau majalah masa lalu yang bersifat ilmiah), yang memiliki bobot integritas dan originalitas tinggi.
Sejarawan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Prof A Rasyid Asba, mengatakan, data arsip yang memuat informasi tentang Muhammadiyah selama era kolonial, antara lain disimpan di Arsip Nasional RI (ANRI), Jakarta.
Sumber terpenting yang memuat informasi primer tersebut adalah Politiek Verslag dari koleksi Memorie van Overgave seri 4e. Laporan politik per semester yang dimulai tahun 1927 hingga 1941, memuat sejumlah informasi tentang organisasi massa (politik dan sosial), elite tradisional, intelektual, pers, dan kegiatan orang asing.
"Untuk Sulawesi Selatan, laporan politik mengupas kegiatan semua organisasi, termasuk Muhammadiyah. Laporan yang ditulis oleh Kepala Dinas Inteligen Keresidenan Celebes en Onderhoorigheden ini menguraikan tentang aktivitas Muhammadiyah, termasuk juga dialognya dengan aliran-aliran Islam lainnya, dan kegiatannnya di bidang organisasi umat," tutur Rasyid, saat jadi pembicara pada Workshop Penulisan Sejarah dan Profil Muhammadiyah se-Sulsel, di Kampus Universitas Muhammadiyah Parepare (Umpar), Ahad, 16 November 2014.
Mengenai aktivitas Muhammadiyah di bidang pendidikan dan kegiatan sosial lainnya, katanya, koleksi Memorie van Overgave seri 1e, terutama untuk rol nomor 32-33, memberikan banyak informasi.
Koleksi arsip tersebut merupakan laporan setiap kepala daerah pada akhir masa jabatannya. Rel nomor 32-33 merupakan koleksi laporan kepala daerah tiap distrik di Sulawesi Selatan, misalnya Distrik Sungguminasa, Distrik Bone, Distrik Takalar, Distrik Bulukumba, Distrik Bontain, Distrik Mamasa, Distrik Palopo, dan sebagainya.
"Pada bagian laporan yang membahas tentang pendidikan, terdapat informasi mengenai aktivitas organisasi Muhammadiyah dan perkembangannya di tiap distrik," ungkap Rasyid.
Selain bentuk laporan dari kedua khasanah tersebut, arsip yang mencakup Muhammadiyah juga bisa ditelusuri dari koleksi Algemeen Secretarie, yaitu kumpulan arsip Sekretaris Umum yang terdiri atas berkas-berkas (besluit) yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal.
Dari koleksi tersebut, kata Rasyid Asba, dapat diketahui adanya keputusan pemerintah yang berkaitan dengan Muhammadiyah di Sulawesi Selatan, selama periode sampai dengan 1942.
--------------------
PEMATERI. Prof A Rasyid Asba MA membawakan materi "Teknik Pengumpulan Data dan Kritik Sumber dalam Penulisan Sejarah", pada Workshop Penulisan Sejarah dan Profil Muhammadiyah se-Sulsel, di Kampus Universitas Muhammadiyah Parepare (Umpar), Ahad, 16 November 2014. (Foto: Asnawin
------------------------
Surat Kabar dan Majalah
Sumber informasi lainnya, yaitu sumber sezaman yang perlu digali untuk melengkapi data yang berasal dari pemerintah. Sumber arsip sezaman ini adalah berita surat kabar yang terbit pada periode penelitian, terutama di daerah yang menjadi objek spasialnya.
Sebelum mengadakan penelusuran dan penelitian atas surat kabar dan majalah, terlebih dahulu dibuka melalui katalog. Caranya adalah menemukan artikel dalam surat kabar atau majalah langka dengan membuka Reportorium van Nederlandsch Indie (periode 1595 - 1932), dan Indisch Pers Overzicht (IPO) pada periode 1920 hingga 1942.
"Di antara surat kabar ini terdapat dua klasifikaosi besar, yaitu berbahasa Belanda, dan berbahasa Melayu. Koleksi surat kabar ini tersimpan di Perpustakaan Nasional RI," papar Rasyis.
Beberapa surat kabar seperti Het nieuws van den dag, Algemeens Handelsblad, Java Bode, De Indische Courant, dan lain-lain, merupakan salah satu sumber informasi non-pemerintah tentang Muhammadiyah, meskipun dari sudut pandang Belanda.
"Beberapa surat kabar yang terbit sezaman di Makassar dan berbahasa Melayu, juga memberikan informasi tentang organisasi Muhammadiyah," kata Rasyid.
Komentar
Posting Komentar