Puluhan Ribu Jamaah Shalat Idul Adha di Unismuh Makassar



KHATIB. Rektor Unismuh Makassar, Dr H Irwan Akib, bertindak sebagai khatib pada pelaksanaan Shalat Idul Adha 1436 Hijriyah, yang dihadiri puluhan ribu jamaah, di Kampus Unismuh Makassar, Rabu, 23 September 2015. (Foto: Asnawin)






---------


Puluhan Ribu Jamaah Shalat Idul Adha di Unismuh Makassar


Pelaksanaan shalat Idul Adha 1436 Hijriyah, di Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, yang lokasinya tidak jauh dari perbatasan Makassar-Gowa, Rabu, 23 September 2015, dihadiri puluhan ribu jamaah, termasuk Wakil Walikota Makassar Syamsu Rizal, dan Anggota DPRD Sulsel Usman Lonta.

Karena jumlah jamaah yang datang melebihi dari perkiraan semula, pihak kampus akhirnya membuka ruang auditorium untuk ditempati shalat.

"Kami tidak menyangka jamaah akan sebanyak ini," kata Kamaruddin Moha (mantan Wakil Rektor III Unismuh Makassar), kepada wartawan.

Rektor Unismuh Makassar Dr H Irwan Akib MPd, dalam khotbahnya mengatakan, salah satu pelajaran penting dari pelaksanaan Hari Raya Idul Adha adalah ketulusan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk berkorban.

Nabi Ibrahim yang ketika itu sudah berusia agak lanjut, katanya, tak henti-hentinya berdoa agar dikaruniai anak dari isterinya.

"Beliau memohon kepada Allah; ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang saleh," paparnya.

Doa tersebut, lanjut Irwan, diijabah oleh Allah dengan lahirnya seorang putra yang diberi nama Ismail, dari Sitti Hajar, isteri kedua Nabi Ibrahim. Namun, ketika Ismail sudah pandai berbicara dan sedang lincah-lincahnya bermain sebagaimana anak-anak pada umumnya, tiba-tiba turun perintah Allah SWT melalui mimpi, agar Nabi Ibrahim menyembelih anaknya tersebut.

Meskipun merasa berat melaksanakan perintah tersebut, Nabi Ibrahim tetap melaksanakannya dengan terlebih dahulu bertanya kepada anaknya, Ismail.

"Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi menyembelihmu. Bagaimanakah pendapatmu. Dengan tenang Ismail menjawab, wahai ayahku, jika itu perintah Allah, laksanakanlah, Insya Allah ayah akan mendapati aku dalam keadaan sabar," tutur Irwan.

Mendengar jawaban tersebut, Nabi Ibrahim kemudian menyembelih Ismail, namun Allah kemudian mengganti Ismail dengan seekor kibas.

Pelajaran berharga yang patut dipetik dari peristiwa itu, kata Irwan, adalah ketulusan hati Nabi Ibrahim berkorban demi melaksanakan perintah Allah SWT, termasuk menyembelih anak semata-wayangnya yang sudah lama dinanti-nantikan kehadirannya. (kia)

Komentar