Da'i Harus Miliki Banyak "Senjata dan Peluru"


WORKSHOP MUBALLIGH HIJRAH. Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Asnawin (kanan), membawakan materi "Metode Pengelolaan TKA dan TPA", pada Workshop Muballigh Hijrah, di Rusunawa C Kampus Unismuh Makassar, Ahad, 16 Juni 2013. (ist)



-----------------------

Da'i Harus Miliki Banyak "Senjata dan Peluru"

Makassar, 16 Juni 2013.
Semua da'i atau pendakwah harus membekali diri dan memiliki banyak "senjata dan peluru" sebelum terjun ke medan dakwah, karena mereka akan berhadapan dengan umat dan dengan masyarakat yang sangat heterogen.

Senjata dan peluru dimaksud, yaitu pengetahuan yang luas tentang agama dan pengetahuan lain yang ada hubungannya dengan agama, termasuk psikologi, ilmu komunikasi, serta teknologi informasi dan komunikasi.

"Ketika berhadapan dengan umat dan masyarakat, da'i atau pendakwah harus selalu siap menerima dan menjawab berbagai pertanyaan, termasuk pertanyaan yang tidak disangka-sangka. Da'i atau pendakwah juga harus beradaptasi dengan berbagai situasi dan kondisi," kata Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Asnawin.

Hal tersebut diutarakannya saat membawakan materi "Metode Pengelolaan TKA dan TPA, pada Workshop Muballigh Hijrah, di Rusunawa C Kampus Unismuh Makassar, Jl Tala'salapang, Makassar, Minggu, 16 Juni 2013.

Para da'i, kata Asnawin, juga harus siap berhadapan dengan anak-anak perkotaan atau anak-anak pedesaan yang berbeda latar-belakang keluarga, berbeda polah dan tingkahnya, berbeda tingkat kecerdasannya, khususnya saat menghadapi anak-anak di Taman Kanak-kanak Al-qur'an (TKA) dan Taman Pendidikan Al-qur'an (TPA).

"Anak-anak perkotaan itu umumnya cerdas, aktif, dan melek teknologi, serta berasal dari keluarga rata-rata berpendidikan tinggi, sedangkan anak-anak pedesaan umumnya lembut, penurut, dan hormat kepada orang yang lebih tua, sehingga pendekatannya tentu beda," ujarnya.

Khusus dalam pembinaan dan proses belajar mengajar di TKA dan TPA, Asnawin menyarankan agar para da'i, ustadz, dan ustadzah mengenali latar-belakang santri, serta selalu memberikan senyuman khas, melahirkan antusiasme, menciptakan konsentrasi, dan menghadirkan suasana menyenangkan. ***


[Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya di web/blog Muhammadiyah Sulsel]

Komentar