Pak Kiai Pun Cemburu ke Agus Dwikarna


SETELAH resmi bebas dari tahanan Negara Bagian Pasay, Philipina, Selasa, 31 Desember 2013, dan setelah tiba di Kota Makassar, Agus Dwikarna langsung mengunjungi sesepuh Muhammadiyah Sulsel, KH Djamaluddin Amien, Jumat, 3 Januari 2014. (int)






------------------------


Pak Kiai Pun Cemburu ke Agus


http://www.tribunnews.com/regional/2014/01/04/pak-kiai-pun-cemburu-ke-agus

TRIBUNNEWS.COM -- JUMAT (3/1/2014).
Jalan Talasalapang Raya, Rappoicini, masih sepi. Rumah toko (ruko) dan pemukiman di sepanjang jalan menuju kawasan perumahan terbesar di timur Makassar, Perumnas Minasa Upa, belum lagi buka. Pintunya masih tertutup. Pemiliknya, sebagian besar masih terlelap.

Mahasiswa dan sivitas akademik Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, juga masih di rumah. Gerbang kampus terbesar di Indonesia timur milik ormas Muhammadiyah itu, juga masih tergembok.

Saat jamaah masjid Graha Talasalapang, baru pulang, sebuah mobil multi purpose vehicle (MPP) warna gelap parkir di sebuah rumah yang merangkap sebagai kedai.

Rumah itu berjarak sekitar 400 meter dari gerbang utara Unismuh, dan hanya 200 meter dari MAN 1 Makassar. Si empunya rumah, Kiai Haji Djamaluddin Amien , baru saja menunaikan salat subuh.

Seperti kebisasanya, mantan kiai sepuh Muhammadiyah di Indonesia ini, membaca Alquran di ruang tamu. Inilah ruang ruang kerja, sekaligus "perpustakaan" pribadinya.

Seseorang tiba-tiba datang mengetuk pintu. "Saya juga kaget tiba-tiba, Agus (Dwikarna) datang tanpa memberitahu lebih dulu," kata Kiai Jamaluddin menceritakan, kunjungan sang murid ke gurunya sekitar pukul 05.10 wita.

Kiai Djamal adalah tokoh pertama, yang dikunjungi Agus setelah resmi bebas dari tahanan Negara bagian Pasay, Philipina, Selasa (31/12/2013) lalu.

Agus tiba di Makassar seorang diri. Agus "bertahun baru" bersama istrinya, Suryani (49), ibu, dan lima anaknya di Makassar, kampung kelahirannya.

Kepada Tribun, mantan Kertua PW Muhammadiyah Sulsel 4 periode ini,  mengabarkan, Agus datang bersama seorang temannya.

Agus langsung mengunjungi sesepuh Muhammadiyah di Makassar sekaligus salah satu pendiri Komite Persiapan Penegakan Syariat Islam (KPPSI), KH Djamaluddin Amin.

Sebelum ditahan, Agus adalah Wakil Ketua KPPSI Sulsel dan menjabat wakil sekretaris bidang kaderisasi DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Sulsel.

Kiai Djamaluddin, mengaku sudah mengetahui Agus bebas dari informasi yang isampaikan salah seorang sahabat Agus Dwikarna.

Kepada Tribun, Kiai Djamal mengaku tak sulit mengenali Agus sebab tak banyak yang berubah meski sudah menjalani penahanan 10 tahun. "Dia tampak sehat," ujar mantan Ketua DPW PAN Sulsel ini.

Menurut Kiai Djamal kedekatan dirinya dengan Agus bukan sekadar guru dan murid. "Dia itu sudah seperti anak saya," katanya.

Sebelum ke Pilipina, dirinya dan Agus masih sempat sama-sama mengunjungi beberapa kabupaten di Sulsel untuk memperkenalkan KPPSI.

Kiai Djamaluddin, yang juga salah seorang tokoh deklataror PAN di Indonesia ini, termasuk juga orang yang sangat peduli dengan kehidupan keluarga Agus, pasca- penahanannya di Philipina, 13 Maret 2002, 11 tahun silam.

Kepada Agus, mantan guru Agama di MAN 2 Makassar ini, mememberikan banyak nasihat dan pesan-pesan agar Agus kembali menjalani hidup normal di masyarakat.

"Tetaplah semangat, optimis untuk menjalani hidup, masih banyak yang bisa dilakukan," kata Pak Kiai kepada muridnya.

Pertemuan itu berlangsung satu jam. Saat lalu lintas di depan rumah Pak Kiai, Agus dan rekannya dari KPPSI itu, meninggalkan rumah Sang Kiai.

Salah seorang yang ikut menghadiri pertemuan itu, menceritakan pertemuan itu penuh suka cita, haru. "Mata ustad Agus, sampai berair," katanya.

Pak Kiai juga mengingatkan bapak lima anak ini untuk sementara kembali fokus menghidupi keluarga yang ditinggal selama dipenjara 11 tahun.

Pesan yang digambarkan, membuat Agus terenyuh dan terus menatap gurunya, adalah saat Pak Kiai, menceritakan perjuangan mantan aktivis Islam asal Sulsel, Andi Mappetahang (AM) Fatwa, M Yunus Tekeng dan Zubair Bakrie.

AM Fatwa ditahan di Cipinang, Jakarta,  di masa awal Orde Baru, karena dituduh terlibat dalam insiden Tanjung Priok.

Sedangkan M Yunus Tekeng dan Zubair Bakrie, ditahan di Makassar dan menjadi tahanan politik, karena dituduh akan mendirikan negara Islam di Sulawesi, Angkatan Muda Sulawesi (AMS).

Yunus Tekeng yang kemudian menjadi ketua Penyelenggara pemilu pascareformasi pertama di tahun 1999-2000 dan Zubair Bakrie, menjadi salah seorang Ketua DPW Partai Bulan Bintang (PBB) di Sulsel. Keduanya sudah almarhum di awal dekade 2000-an.

"Kau harus banyak melihat bagaimana Pak Yunus Tekeng dan Zubair Bakrie itu ditahan karena perjuangan. Mereka akhirnya, kembali berkiprah di masyarakat," ujar Kiai Djamal yang seangkatan dengan dua tokoh pergerakan islam di masa Orde Lama dan Orde Baru di Sulsel itu

Lebih dalam, Pak Kiai, menjelaskan bahwa dirinya iri dengan Agus Dwikarna. "Nak Agus (Dwikarna), saya ini cemburu dengan kau. Melewati masa-masa di penjara, seperti tokoh besar dunia lainnya. Kau pasti lebih banyak waktu beribadah dan mendekatkan diri dengan Tuhan, dan lebih istiqamah dan tawakkal," ujar sang Kiai yang sudah berusia 81 tahun itu.

Mendengar pesan itu, Agus spontan merespon dengan haru. "Alhamdulillah, selama di penjara, saya tambah dekat dengan Allah, Pak Kiai..," kata Agus seperti ditirukan orang yang hadir di pertemuan itu.

Di akhir pesannya, Sang Kiai juga mengingatkan bahwa ketika orang dipenjara,  "Kau akan tahu siapa teman sejati siapa yang hanya teman biasa." (ilham arsyam/zil)

Komentar