Mental Kapitalisme Merusak Umat Islam


KAJIAN. Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Alauddin Makassar Prof Arifuddin Ahmad (kedua dari kiri), Wakil Rektor I Unismuh Makassar Dr Rahman Rahim (kedua dari kanan), berbincang-bincang dengan Sekretaris PUT Unismuh Makassar Drs HM Husni Yunus (paling kiri), dan Ketua BEM PUT Unismuh Ramhan Katu, sebelum acara Kajian Islam Kontemporer, dibuka secara resmi. (ist)


------------------

Mental Kapitalisme Merusak Umat Islam


Ketika kita berbicara tentang keuangan dan kekuasaan, maka secara otomatis kita akan masuk dalam wilayah kapitalisme, yang sangat terkait dengan hal-hal yang berbau barang dan harga.

Uang, barang, dan harga itulah yang menjadi pintu masuk untuk merebut kekuasaan, termasuk yang dilakukan dengan menempuh dan atau menghalalkan segala cara.

Mental kapitalisme inilah pulalah yang merusak dan melemahkan umat Islam. Mental kapitalisme inilah yang membuat hubungan antar-umat Islam menjadi retak dan kemudian terkotak-kotak.

Demikian benang merah yang bisa ditarik dari Kajian Islam Kontemporer bertema "Kapitalisme dan Keretakan Umat Islam", yang dilaksanakan Pesantren Ulama Tarjih (PUT) Universitas Muhammadiyah Makassar, di Kampus PUT Unismuh, Rusunawa C, Jl Tala'salapang, No 40-D, Makassar, Sabtu, 28 September 2013.

Pembicara yang tampil pada acara yang dipandu Ramhan Katu (Ketua BEM PUT Unismuh), yaitu Prof Arifuddin Ahmad (Dekan Fakultas Ushuluddin, UIN Alauddin, Makassar), dan Dr Abdul Rahman Rahim (pakar ekonomi syariah/Wakil Rektor I Unismuh Makassar).


"Semuanya dapat direbut dengan pendekatan kapitalisme. Makannya, tidak ada yang mampu mempertahankan iman dan taqwa, kalau sudah bersentuhan dengan aspek kapitalisme itu," kata Rahman Rahim.

"Sesungguhnya praktek ini juga sudah masuk dalam dunia pendidikan, apakah itu pemilihan dan penunjukan Kepala Sekolah, rektor, direktur, dan pimpinan perguruan tinggi lainnya, juga sudah diwarnai dengan gaya kapilatis," timpal Arifuddin Ahmad.

Sekretaris PUT Unismuh, Drs HM Husni Yunus MPdI, mengatakan, acara tersebut diikuti sekitar 150 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi se-Kota Makassar, termasuk utusan IMM, HMI, PMII, serta sejumlah kelompok studi mahasiswa. (asnawin/r)

Komentar