Tarwih Malam Terakhir di Masjid Muhammadiyah Bulukumba



MALAM TERAKHIR. Puluhan jamaah Masjid Muhammadiyah Bulukumba melaksanakan shalat isya, mendengarkan ceramah agama, dan mengikuti shalat tarwih pada malam terakhir Bulan Ramadhan 1434 Hijriyah, Selasa malam, 6 Agustus 2013. Ceramah agama dibawakan oleh ustadz Zainuddin Latif. (Foto: Asnawin)



 ----------------------


Tarwih Malam Terakhir di Masjid Muhammadiyah Bulukumba


Oleh: Asnawin

Ada kebahagiaan tersendiri bisa berada kembali di dalam masjid dan berada di tengah-tengah jamaah Masjid Muhammadiyah Bulukumba, apalagi pada malam terakhir Ramadhan. Kenangan indah puluhan tahun silam, seolah berputar kembali di memori.

Rumah orangtua kami hanya berjarak sekitar 100 meter dari Masjid Muhammadiyah. Otomatis kami sering shalat berjamaah, mendengar ceramah agama, dan bergaul dengan jamaah masjid yang terletak di Jl KH Ahmad Dahlan ini.

Ketika itu, jamaah masjid kadang-kadang pergi berombongan ke masjid lain atau ke rumah-rumah tertentu untuk bersama-sama mendengarkan ceramah agama dari ustadz yang diundang secara khusus.

Salah seorang imam tetap yang juga cukup berkesan yaitu seorang tua yang akrab disapa Pak Patte'. Saya tidak tahu nama aslinya. Pak Patte' cukup lama menjadi imam tetap. Seingat saya, Pak Patte' sudah menjadi imam tetap sejak awal tahun 80-an, ketika saya masih duduk di bangku SMP (SMP Negeri 1 Bulukumba). Sampai saya kuliah di Makassar (IKIP Ujungpandang, 1986), hingga bekerja di sebuah perusahaan media massa (harian Pedoman Rakyat, Makassar, tahun 1992), Pak Patte' masih menjadi imam tetap.

Saya tidak tahu tahun berapa beliau wafat, tetapi ketika tahu bahwa beliau sudah meninggal dunia, saya langsung mengirimkan doa keselamatan untuknya.

Pergaulan dengan jamaah Masjid Muhammadiyah dan siraman rohani dari para ustadz yang terus-menerus mewarnai hati dan pikiran kami, membawa langkah kaki saya masuk ke organisasi kemahasiswa Islam bernama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Selanjutnya menjadi pengurus Pemuda Muhammadiyah Sulsel dan kemudian bergabung dengan teman-teman dan ayahanda-ayahanda di Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel.


-------------------

PULUHAN jamaah Masjid Muhammadiyah Bulukumba menyimak ceramah agama pada malam terakhir Bulan Ramadhan 1434 Hijriyah, Selasa malam, 6 Agustus 2013. Ceramah agama dibawakan oleh ustadz Zainuddin Latif. (Foto: Asnawin)

-------------------------


Tarwih Malam Terakhir


Pada tarwih malam terakhir Ramadhan 1434 Hijriyah, bertepatan dengan hari Selasa, 6 Agustus 2013, saya bersama puluhan jamaah, kembali mendengarkan ceramah agama. Sebagian jamaah yang hadir, adalah juga jamaah yang selalu hadir di masjid ini sejak puluhan tahun silam. Tentu saja usia mereka juga semakin menua, bahkan ada salah seorang jamaah tetap yang terpaksa shalat di atas kursi plastik.

Jamaah yang sudah cukup tua dan badannya agak bungkuk ini adalah ayah dari sahabat saya. Seusai shalat berjamaah, saya mendatangi dan menjabat tangannya, kemudian menanyakan kabar sahabat saya. Basa-basi saya tampaknya cukup membuat beliau senang.

Ceramah tarwih dibawakan oleh ustadz Zainuddin Latif. Baru beberapa menit ceramah berlangsung, saya sudah bisa merasakan bahwa ada perbedaan gaya bicara dan cara menyampaikan pesan-pesan agama antara ustadz Zainuddin Latif dengan para ustadz yang sering ceramah di tempat yang sama puluhan tahun silam.
Saya tidak tahu dimana letak dan bagaimana perbedaan itu, tetapi perasaan saya mengatakan ini agak berbeda dibandingkan puluhan tahun silam. Mungkin ini dipengaruhi usia saya yang sudah mendekati kepala lima. Yang pasti, saya merasa ceramah agama para ustadz puluhan tahun silam, terasa lebih berkesan dan lebih merasuk ke dalam sukma.

Ustadz Zainuddin Latif mengatakan, suasana gembira menjelang dan ketika menyambut bulan suci Ramadhan bulan lalu sepertinya masih terasa, tetapi malam terakhir Ramadhan membuat kita bersedih.

"Mengapa kita bersedih? Karena sebentar lagi bulan suci Ramadhan akan meninggalkan kita dan belum tentu kita akan bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan tahun depan," ungkapnya.

Pengurus Muhammadiyah Bulukumba itu juga mengingatkan tentang takbiran, doa, dan bacaan-bacaan dalam shalat ied sesuai tuntunan putusan majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Tentang kemungkinan terjadinya perbedaan hari raya Idul Fitri, ustadz Zainuddin Latif mengatakan, perbedaan itu mungkin dianggap rahmat oleh sebagian orang, tetapi ada hal yang cukup mengerikan.

"Yang mengerikan itu jika ada ustadz yang diundang dan kemudian berkhotbah pada acara shalat ied, tetapi beliau masih berpuasa. Kalau itu terjadi, menurut Rasulullah, maka ustadz tersebut telah melakukan perbuatan haram," katanya. 

Komentar